SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA AUSTRONESIA
Perkembangan
merupakan kata yang sering kita dengar. Perkembangan terjadi pada setiap makhluk hidup yang merupakan ciri-ciri makhluk hidup.
Tetapi
berkembang tidak akan ada tanpa pertumbuhan terlebih dahulu. Begitu juga
dengan bahasa, terutama bahasa Austronesia, tidak akan ada perkembangan
bahasa Austronesia tanpa adanya asal dari bahasa Austronesia itu sendiri. Lalu,
apakah anda mengetahui dari manakah bahasa Austronesia berasal? Apakah bahasa Austronesia sudah ada dari nenek moyang kita? Kapan bahasa Austronesia dipergunakan sebagai sarana komunikasi. Untuk menjawab
semua pertanyaan itu, maka dibuatlah makalah ini.
Ada pepatah yang
mengatakan,”tak kenal maka tak sayang”. Oleh sebab itu mari kita bersama-sama untuk
mengenal bahasa Austronesia yang sesungguhnya.
AUSTRONESIA
|
||
Distribusi
geografis: |
||
Salah satu rumpun bahasa utama di dunia; meski
hubungan dengan rumpun-rumpun lain sudah diajukan, namun belum ada yang
diterima secara luas
|
||
Pembagian:
|
Formosa (beberapa
cabang utama)
Melayu-Polinesia (mungkin anak cabang Formosa)
|
|
Peta penyebaran bahasa Austronesia di dunia
|
||
Rumpun bahasa Austronesia adalah
sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
1.
Istilah Austronesia
Austronesia mengacu
pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia.
Wilayah tersebut mencakup Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk
Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah,
Austronesia berarti "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis
yang berarti "selatan" dan bahasa Yunani nêsos
(jamak: nesia) yang berarti "pulau".
Jika bahasa Jawa di Suriname dimasukkan,
maka cakupan geografi juga mencakup daerah tersebut. Studi juga menunjukkan
adanya masyarakat penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka[2].
2.
Asal usul bangsa Austronesia
Untuk mendapat ide akan tanah air
dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu
genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan
hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air
bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998),
sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa
Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa
Austronesia berasal dari Taiwan karena pada
pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari
rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari
sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia [3]. Comrie (2001:28)
menemukan hal ini ketika ia menulis:
“
|
... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan
yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi
satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam
rumpun bahasa Austronesia diantara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang
genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja
bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa
Austronesia secara kesuluruhan.
|
”
|
Setidaknya sejak Sapir (1968),
ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga
bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area
dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa
jumlah dari cabang-cabang diantara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit
dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan
diantara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang
ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari ilmu arkeologi
menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu
tahun yang lalu [4]. Dari pulau ini para pelaut
bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke
seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke
seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Bukti dari ilmu sejarah bahasa
menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu [6]. Namun, bukti dari ilmu sejarah
bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa bukti dari ilmu
bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet
seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti
yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
“
|
Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan
bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa
Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan
Penghu diantara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga
daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutamanya apabila leluhur bangsa
Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal
pada permukiman pesisir yang terpencar.
|
”
|
Analisis kebahasaan dari bahasa
Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia
yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya
pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah
penyebaran bangsa Austronesia [7].
3.
Penggolongan
Agak sulit untuk mendefinisikan
struktur kekeluargaan dari bahasa-bahasa Austronesia karena rumpun bahasa
Austronesia terdiri dari bahasa-bahasa yang sangat mirip dan berhubungan erat
dengan kesinambungan dialek yang besar sehingga sukar untuk
mengenali batasan diantara cabang. Bahkan pada pembagian terbaik yang ada
sekarang banyak grup di Filipina dan Indonesia dikelompokan dari letak
geografisnya alih-alih dari keterkaitannya antara satu dengan yang lainnya.
Namun adalah jelas bahwa keberagaman genealogis terbesar ditemukan pada
bahasa-bahasa Taiwan dan keberagaman terkecil ditemukan pada kepulauan Pasifik
sehingga mendukung teori penyebaran dari Taiwan atau Tiongkok.
Famili bahasa-bahasa Formosa sebelum kolonisasi Cina,
per Blust (1999).
Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut
diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan
bahkan ia juga mencantumkan paling sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan
mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tersebut. Beberapa
ahli bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun
penggolongan ini dalam garis besar tetap menjadi titik referensi untuk analisis
ilmu bahasa saat ini. Dapat dilihat bahwa sembilan cabang utama dari bahasa
Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa.
Ø
Austronesia
- Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq]
- Formosa Timur
- Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan)
- Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya)
- Barat Daya (Siraya)
- Puyuma
- Paiwan
- Rukai
- Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu)
- Bunun
- Dataran Rendah Barat
- Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya)
- Thao
- Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh)
- Malayo-Polinesia (Lihat di bawah)
a.
Penggolongan bahasa-bahasa
Malayo-Polinesia
Berikut adalah klasifikasi
bahasa-bahasa Malayo-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002)
- Bahasa Kalimantan-Filipina atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Luar (Hesperonia Luar): terdiri dari banyak bahasa seperti Dayak Ngaju, Gorontalo, bahasa Bajau, bahasa-bahasa Minahasa, Tagalog, Cebuano, Hiligaynon, Ilokano, Kapampangan, Malagasi, dan Tausug
- Bahasa Malayo-Polinesia Inti (Kemungkinan menyebar dari Pulau Sulawesi)
- Bahasa Sunda-Sulawesi atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Dalam (Hesperonia Dalam), contoh: Indonesia Barat, Bugis, Aceh, Cham (di Vietnam dan Kamboja), Melayu, Indonesia, Iban, Sunda, Jawa, Bali, Chamoru, dan Palau
- Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur
- Bahasa Malayo-Polinesia Tengah atau bahasa Bandanesia: sekitar Laut Banda yaitu bahasa-bahasa di Pulau Timor, Sumba, Flores, dan juga di Maluku
- Bahasa Malayo-Polinesia Timur atau disebut juga bahasa Melanesia
§
Halmahera Selatan-Papua Barat-Laut: beberapa
bahasa di pulau Halmahera dan sebelah barat pulau Irian, contohnya bahasa Taba dan bahasa
Biak
§ Bahasa Oseanik: Termasuk
semua bahasa-bahasa Austronesia di Melanesia dari Jayapura ke timur, Polinesia dan sebagian besar Mikronesia
Salah satu cabang terbesar adalah
cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur
terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali.
4.
Kekerabatan dengan rumpun bahasa
yang lain
Hubungan-hubungan genealogis antara
rumpun bahasa Austronesia dan keluarga bahasa yang lainnya di Asia Tenggara telah
diajukan dan umumnya disebut Filum Bahasa Austrik. Pada hipotesis filum Austrik
dinyatakan bahwa semua bahasa di Tiongkok bagian selatan sebenarnya berkerabat
yaitu rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga
disebut Miao-Yao).
Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis
adalah sebagai berikut:
Ø
Austrik
- Austronesia
- Tai-Kadai
- Hmong-Mien
- Austro-Asiatik
Para penutur keempat rumpun bahasa
yang diduga berkerabat ini bermukim di daerah yang sekarang termasuk Tiongkok bagian selatan sampai kurang lebih pada antara tahun 2000 SM – 1000 SM. Kala itu suku bangsa Han, yang merupakan penutur
bahasa Sino-Tibet, dari Tiongkok utara menyerbu ke selatan dan para penutur
bahasa Austrik tercerai-berai. Hal ini yang diduga sebagai alasan mengapa kaum
Austronesia lalu bermigrasi ke Taiwan dan ke kepulauan Asia Tenggara dan
Samudra Pasifik lainnya.
Beberapa hipotesis filum Austrik
juga mengajukan akan perubahan dari akar kata dwisuku kata di mana bahasa
Austronesia menyimpan kedua suku kata sedangkan bahasa Austro-Asiatik menyimpan
suku kata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua. Sebagai
contoh:
Austronesia purba
|
*mata ‘mata
|
Austro-Asiatik purba
|
*măt ‘mata'’
|
Tai-Kadai purba
|
*taa ‘mata
|
Namun, satu-satunya proposal dari yang mematuhi metode perbandingan adalah hipotesis "Austro-Tai" yang menghubungkan rumpun bahasa Austronesia dengan rumpun bahasa Tai-Kadai. Roger Blench (2004:12) mengetakan tentang Austro-Tai bahwa:
“
|
Ostapirat mengasumsikan sebuah model sederhana dari
sebuah perpecahan dengan para Daik [Tai-Kadai] sebagai orang-orang
Austronesia yang menetap di daerah asalnya. Namun hal ini nampaknya tidak
mungkin karena Daik nampak seperti percabangan dari bahasa Filipina Purba dan
tidak mempunyai kerumitan seperti yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Formosa.
Mungkin dapat lebih baik dipandang bahwa penutur Daik Purba bermigrasi
kembali dari Filipina utara ke daerah di pulau Hainan. Hal ini dapat
menjelaskan perbedaan dari Hlai, Be, dan Daik sebagai hasil dari
penstrukturan ulang secara radikal karena kontak dengan penutur bahasa-bahasa
Miao-Yao dan Sinitik.
|
”
|
Atau dengan kata lain, pengelompokan
dibawah Tai-Kadai akan menjadi cabang dari bahasa Kalimantan-Filipina. Namun,
tidak ada dari proposal tersebut yang mendapat sambutan luas dari komunitas
ilmu bahasa.
Contoh perbandingan kosakata dalam rumpun bahasa pada
masing-masing wilayah[1]
mati
|
Pati
|
|
mati
|
||
mate
|
||
mattē
|
||
matay
|
patay
|
|
mate
|
||
mate
|
||
māte
|
||
make
|
5.
Perbendaharaan kata
Rumpun bahasa Austronesia
didefinisikan menggunakan metode perbandingan bahasa untuk menemukan kata-kata
yang seasal, yaitu kata-kata yang mirip dalam bunyi dan makna dan dapat
ditunjukan berasal dari kata yang sama dari bahasa Austronesia purba menurut
sebuah aturan yang regular. Beberapa kata seasal sangatlah stabil, sebagai contoh
kata untuk mata pada banyak bahasa-bahasa Austronesia adalah
"mata" juga mulai dari bahasa paling utara di Taiwan sampai bahasa
paling selatan di Aotearoa.
Di bawah disajikan sebagai contoh
untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu sampai sepuluh
dalam beberapa bahasa Austronesia. Catatan: /e/ harus dibaca sebagai taling
(misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ sebagai pepet (misalkan dalam kata
“lémpar”). Jika ada kesalahan, para pembaca dipersilakan memperbaikinya.
Bahasa
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Proto-Austronesia
|
*esa/isa
|
*duSa
|
*telu
|
*Sepat
|
* lima
|
*enem
|
*pitu
|
*walu
|
*Siwa
|
*sa-puluq
|
Ita
|
Dusa
|
celu
|
sepac
|
lima
|
unem
|
picu
|
Alu
|
siva
|
ta-puluq
|
|
Isá
|
Dalawá
|
Tatló
|
ápat
|
limá
|
ánim
|
pitó
|
waló
|
siyám
|
sampû
|
|
Isa'
|
Rueh
|
telo
|
epat
|
dime
|
enem
|
pitu
|
Balu'
|
suei
|
sapuluh
|
|
seddi
|
Dua
|
Téllu
|
eppa
|
lima
|
enneng
|
pitu
|
aruwa
|
asera
|
seppulo
|
|
Iráy
|
Róa
|
Télo
|
éfatra
|
dímy
|
énina
|
fíto
|
válo
|
sívy
|
Fólo
|
|
Sa
|
duwa
|
Lhee
|
peuet
|
limöng
|
nam
|
tujôh
|
lapan
|
sikureueng
|
Plôh
|
|
Toba Batak
|
Sada
|
duwa
|
Tolu
|
opat
|
lima
|
onom
|
pitu
|
uwalu
|
sia
|
sampulu
|
Sa
|
Dua
|
Telu
|
empat
|
lima
|
enem
|
pitu
|
akutus
|
sia
|
Dasa
|
|
Esa
|
Due
|
Telu
|
empat
|
lime
|
enem
|
pitu’
|
balu’
|
siwa’
|
sepulu
|
|
Jawa Kuna
|
Sa
|
Rwa
|
Telu
|
pat
|
lima
|
nem
|
pitu
|
wwalu
|
sanga
|
sapuluh
|
Siji
|
Loro
|
Telu
|
papat
|
lima
|
nem
|
pitu
|
wolu
|
sanga
|
sepuluh
|
|
Hiji
|
Dua
|
Tilu
|
opat
|
lima
|
genep
|
tujuh
|
dalapan
|
salapan
|
sapuluh
|
|
Settong
|
dhua
|
tello'
|
empa'
|
léma'
|
ennem
|
pétto'
|
ballu'
|
sanga'
|
sapolo
|
|
Satu
|
Dua
|
Tiga
|
empat
|
lima
|
enam
|
tujuh
|
delapan
|
sembilan
|
sepuluh
|
|
Ciék
|
Duo
|
Tigo
|
ampék
|
limo
|
anam
|
tujuah
|
salapan
|
sambilan
|
sapuluah
|
|
Tahi
|
Rua
|
Toru
|
ha
|
rima
|
ono
|
hitu
|
va'u
|
iva
|
'ahuru
|
|
`ekahi
|
`elua
|
`ekolu
|
`eha:
|
`elima
|
`eono
|
`ehiku
|
`ewalu
|
`eiwa
|
`umi
|
|
Issah
|
duah
|
Talluh
|
mpat
|
limah
|
nnom
|
pitu'
|
walu'
|
siam
|
sangpu
|
|
Sara
|
Roa
|
Tulu
|
opat
|
lime
|
onom
|
pitu
|
waloh
|
siwah
|
sepuluh
|
|
Ha
|
Rua
|
Telu
|
hutu
|
lima
|
ena
|
pitu
|
walu
|
hiwa
|
puluh
|
|
Misa
|
da'dua
|
Tallu
|
a'pa'
|
lima
|
annan
|
pitu
|
karua
|
kasera
|
sangpulo
|
|
mese'
|
Nua
|
Teoun
|
ha
|
nim
|
ne'
|
hiut
|
fa'un
|
sea
|
bo'es
|
|
Esa
|
Rua
|
Telu
|
ha
|
lima
|
ne
|
hitu
|
falu
|
sio
|
sanhulu
|
|
Ahi
|
Due
|
Telu
|
epa
|
lemi
|
ena
|
pidu
|
Aru
|
heo
|
hemuru
|
Basis Data Perbendaharan Kata
Bahasa-Bahasa Austronesia (pranala diberikan dibawah artikel) mencatat
kata-kata (dikodekan menurut keseasalan) untuk sekitar 500 bahasa Austronesia.
6.
Tipologi dan struktur
Sukar untuk menarik sebuah
generalisasi yang berarti tentang bahasa-bahasa yang menyusun rumpun yang
seberagam rumpun bahasa Austronesia. Pada garis besarnya, bahasa-bahasa
Austronesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok bahasa: tipe Filipina, tipe
Indonesia, dan tipe pasca-Indonesia [8]. Kelompok yang pertama diwatakkan
dengan urutan kata kata kerja-pertama dan pengubahan suara gramatik ala bahasa
Filipina, fenomena yang seringkali dirujuk sebagai pemfokusan. Literatur yang
berhubungan mulai menjauhi penggunaan istilah ini karena banyak ahli bahasa
merasa bahwa fenomena pada bahasa bertipe ini lebih baik disebut sebagai suara
gramatik.
Bahasa-bahasa Austronesia umumnya menggunakan
pengulangan kata.
Fonologi bahasa-bahasa Austronesia tergolong sederhana dengan
aturan pembentukan suku kata yang sangat terbatas dan jumlah fonem yang
sedikit. Banyak dari bahasa-bahasa Austronesia tidak memperbolehkan sukukata
dan gugusan konsonan. Beberapa bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan
namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Arab, bahasa Sansekerta, dan bahasa Indo-Eropa lainnya.
Beberapa bahasa bahkan meminjam fonem dari bahasa lain seperti retrofleks dalam bahasa Jawa dan fonem berhembus dalam
bahasa Madura yang diduga dipinjam dari Sansekerta. Namun banyak para pakar
yang menentang bahwa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sansekerta. Mereka
berpendapat bahwa fonem-fonem ini merupakan perkembangan sendiri saja.
7.
Jumlah penutur
Secara total jumlah penutur bahasa
Austronesia sekitar 300 juta jiwa. Berikut adalah bahasa-bahasa Austronesia
diurutkan dari bahasa dengan penutur terbanyak.
Jumlah penutur bahasa-bahasa
Austronesia
|
||
Bahasa
|
Jumlah Penutur
|
|
Sebagai Bahasa Ibu
|
Sebagai Bahasa Resmi
|
|
Bahasa Jawa
|
76.000.000
|
|
Bahasa Sunda
|
20.000.000
|
|
Bahasa Melayu
|
19.000.000*
|
|
Bahasa Indonesia
|
25.000.000*
|
220.000.000
|
Bahasa Tagalog
|
24.000.000
|
70.000.000
|
Bahasa Cebu
|
15.000.000
|
30.000.000
|
Bahasa Malagasy
|
17.000.000
|
|
Bahasa Batak
|
14.000.000
|
|
Bahasa Madura
|
14.000.000
|
|
Bahasa Ilokano
|
8.000.000
|
10.000.000
|
Bahasa Minangkabau
|
7.000.000
|
|
Bahasa Hiligaynon
|
7.000.000
|
11.000.000
|
Bahasa Bikol
|
4.600.000
|
|
Bahasa Banjar
|
4.500.000
|
|
Bahasa Bali
|
4.000.000
|
|
Bahasa Bugis
|
4.000.000
|
|
Bahasa Tetum
|
800.000
|
|
Bahasa Samoa
|
370.000
|
|
Bahasa Fiji
|
350.000
|
550.000
|
Bahasa Tahiti
|
120.000
|
|
Bahasa Tonga
|
108.000
|
|
Bahasa Māori
|
100.000
|
|
Bahasa Kiribati
|
100.000
|
|
Bahasa Chamorro
|
60.000
|
|
Bahasa M̧ajeļ
|
44.000
|
|
Bahasa Nauru
|
6.000
|
|
Bahasa Hawai'i
|
1.000
|
8.000
|
* Statistik untuk kedua bahasa diperdebatkan.
KESIMPULAN
Austronesia mengacu pada
wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia.
Wilayah tersebut mencakup Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk
Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah,
Austronesia berarti "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis
yang berarti "selatan" dan bahasa Yunani nêsos
(jamak: nesia) yang berarti "pulau".
Jika bahasa Jawa di Suriname dimasukkan,
maka cakupan geografi juga mencakup daerah tersebut. Studi juga menunjukkan
adanya masyarakat penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka[2].
Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam
satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia
digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi
perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia diantara bahasa-bahasa
Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga
mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun
bahasa Austronesia secara kesuluruhan.
Disiratkan dalam diskusi tentang
pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air
bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi
kepulauan Penghu diantara
Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan,
terutamanya apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari
komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.
Ostapirat mengasumsikan sebuah model
sederhana dari sebuah perpecahan dengan para Daik [Tai-Kadai] sebagai
orang-orang Austronesia yang menetap di daerah asalnya. Namun hal ini nampaknya
tidak mungkin karena Daik nampak seperti percabangan dari bahasa Filipina Purba
dan tidak mempunyai kerumitan seperti yang dimiliki oleh bahasa-bahasa Formosa.
Mungkin dapat lebih baik dipandang bahwa penutur Daik Purba bermigrasi kembali
dari Filipina utara ke daerah di pulau Hainan. Hal ini dapat menjelaskan
perbedaan dari Hlai, Be, dan Daik sebagai hasil dari penstrukturan ulang secara
radikal karena kontak dengan penutur bahasa-bahasa Miao-Yao dan Sinitik.
Bahasa Austronesia terpenting
ditilik dari status resminya ialah bahasa Melayu, yang menjadi bahasa resmi di Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), Malaysia, dan Brunei. Bahasa
Indonesia juga berstatus bahasa kerja di Timor Leste m. Bahasa Filipina (Filipino), yang merupakan bentuk
baku dari bahasa Tagalog, adalah bahasa resmi Filipina. Di Timor Leste, bahasa Tetum, yang juga termasuk sebuah bahasa
Austronesia, menjadi bahasa resmi di samping bahasa Portugis. Di Madagaskar, bahasa Malagasi adalah bahasa resmi. Di Aotearoa (Selandia Baru), bahasa Maori juga memiliki status bahasa resmi
di samping bahasa Inggris.
Daftar pustaka
- Peter Bellwood, 1979, Man’s Conquest of the Pacific. The Prehistory of Southeast Asia and Oceania, New York: Oxford University Press.
- Peter Bellwood, 1985, Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago, Orlando, Florida: Academic Press.
- Peter Bellwood, 1987, The Polynesians: Prehistory of an Island People, New York: Oxford University Press.
- P. Benedict, 1975, Austro-Thai Language and Culture. With a Glossary of Roots, New Haven: HRAF Press.
- O.C. Dahl, 1951, Malgache et Maanjan., Oslo: Egede Instituttet.
- Otto Dempwolff, 1956, Perbendaharaan Kata-kata dalam Berbagai Bahasa Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
- Jared Diamond, 1997, Guns, Germs and Steel, W.W. Norton & Company.
- Isidore Dyen, 1956, “Language Distribution and Migration Theory”, di Language, 32: 611-626.
- James J. Fox, 1995, Austronesian societies and their transformations, Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University.
- Hendrik Kern, 1956, Pertukaran Bunyi dalam Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
- Hendrik Kern, 1957, Berbagai-bagai Keterangan berdasarkan Ilmu Bahasa dipakai untuk Menetapkan Negeri Asal Bahasa-Bahasa Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka Rakyat.
Pranala luar
- (en) Ethonologue tentang rumpun bahasa Austronesia
- (en) Basis Data Perbendaharaan Kata Bahasa-Bahasa Austronesia
- (en) Summer Institute of Linguistics site showing languages (Austronesian and Papuan) of Papua New Guinea.
- (en) Austronesian Language Resources (tak berfungsi? dipindahkan?) (@ archive.org)
- (en) Spreadsheet of 1600+ Austronesian and Papuan number names and systems - ongoing study to determine their relationships and distribution